• Perkembangbiakan Makhluk Hidup

    Salah satu ciri mahluk hidup adalah berkembangbiak. Berkembangbiak diperlukan mahluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Dengan berkembangbiak mahluk hidup terhindar dari kepunahan.

  • Penyesuaian Diri Makhluk Hidup

    Makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan ini disebut dengan adaptasi. Tujuan utama makhluk hidup menyesuaikan dirid negan lingkungannya adalah untuk mempertahankan kelestarian hidupnya.

  • Sejarah Bilangan

    Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan.



Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah

Operasi hitung campuran merupakan operasi hitung gabungan dari beberapa operasi hitung lainnya seperti operasi hitung penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.

Bilangan cacah itu bilangan asli ditambah bilangan 0 (nol), alias bilangan bulat tanpa bilangan negatif. Seperti {0, 1, 2, 3, 4, 5, dst}

Aturan Operasi Hitung Campuran

Karena operasi hitung campuran melibatkan berbagai operasi hitung, maka kita harus memahami aturan dalam operasi hitung campuran. Dengan memahami aturan tersebut, maka kita bisa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan operasi hitung campuran. 

Berikut ini adalah aturan-aturan operasi hitung campuran bilangan cacah:

  1. Mengerjakan operasi hitung di dalam tanda kurung
  2. Mengerjakan perkalian dan pembagian terlebih dahulu, karena sifatnya lebih kuat dibandingkan penjumlahan dan pengurangan
  3. Perkalian dan pembagian sifatnya sama kuat, sehingga dikerjakan yang paling depan atau yang paling kiri,
  4. Penjumlahan dan pengurangan sifatnya sama kuat, sehingga dikerjakan yang paling depan atau yang paling kiri,


Contoh Soal dan Jawaban

Nah, bagaimana? Sudah paham kan aturannya dalam operasi hitung campuran bilangan cacah? Selanjutnya kita coba yuk untuk mengerjakan contoh soal berikut:

45 : (20 - 15) x 10 - 40 = ...

Jawaban:

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa kita harus menyelesaikan operasi hitung di dalam tanda kurung terlebih dahulu.

(20 - 15) = 5

Maka

45 : 5 x 10 – 40 =

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa perkalian pembagian lebih kuat dibandingkan pengurangan, maka kita kerjakan perkalian dan pembagian terlebih dahulu. Perkalian dan pembagian sama kuat, maka kita kerjakan yang paling depan atau yang paling kiri terlebih dahulu. 

45 : 5 = 9
9 x 10 – 40 =
90 - 40 = 50

Maka,

45 : (20 - 15) x 10 – 40 = 50
September 30, 2020   Posted by Miq Guru Budi in , with No comments
Read More



Kata baku merupakan kata yang ditulis dan disusun sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), atau kata baku adalah kata yang sudah benar dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari bahasa baku yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sedangkan kata tidak baku merupakan kata yang tidak sesuai dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia. Karena tidak sesuai dengan aturan dan kaidah bahasa Indonesia, maka kata tidak baku jarang kita temui dalam KBBI. Apabila kita temukan dalam KBBI maka biasanya kita akan diminta untuk melihat kata baku dari kata tidak baku tersebut.

Kata baku umumnya sering dipakai pada kalimat yang resmi, baik dalam penulisan karya ilmiah, surat lamaran pekerjaan, surat dinas, membuat laporan, pidato kedinasan, dll. Sedangkan kata tidak baku sering digunakan untuk percakapan kita sehari-hari. Kata tidak baku sering digunakan dalam percakapan sehari-hari karena memang kita tidak mengacu pada KBBI untuk melakukan percakapan.

Perhatikan contoh kata baku dan tidak baku berikut

Baku - Tidak Baku

Atlet  – Atlit

Bus – Bis

Cabai – Cabe

Detergen – Deterjen

Efektif – Efektip

Finis – Finish

Gua – Goa

Hafal – Hapal

Izin – Ijin

Jenderal – Jendral

Kacamata – Kaca mata

Kaus – Kaos

Lubang – Lobang

Miliar – Milyar

Nomor – Nomer

Ojek – Ojeg

Permukiman – Pemukiman

Risiko – Resiko

Rizki – Rejeki

Satai – Sate

Sopir – Supir

Telur – Telor

Unta – Onta

Yogyakarta – Jogjakarta

Zaman – Jaman


September 29, 2020   Posted by Miq Guru Budi in , , with No comments
Read More
BILANGAN Sejarah Bilangan Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. Banyak yang tidak menduga bahwa nol sebenarnya sangat berbahaya dan dapat menjadi bom penghancur yang sangat dahsyat. Sebagai buktinya adalah kisah nyata yang terjadi pada tanggal 21 September 1997. Kapal perang USS Yorktown ketika sedang menyusuri lepas pantai Virginia, kapal peluncur misil berharga jutaan dolar amerika itu tiba-tiba macet dan menimbulkan kecemasan bagi semua awak kapal. Ketika sistem komputasi Yorktown baru saja mengoperasikan sebuah software baru pengatur kerja mesin, angka nol yang seharusnya dihilangkan, terlewatkan dan tersembunyi hingga akhirnya software tersebut mengaktifkan dan menguncinya. Mesin yang berkekuatan 80.000 tenaga kuda tersebut tak dapat berfungsi. Kapal tidak bergerak hampir tiga jam. Akibat kejadian ini, para teknisi membutuhkan waktu dua hari untuk menghapus angka nol dan Yorktown dapat beroperasi kembali. Prosedur-prosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan menghasilkan bilangan lainnya sebagai keluaran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi numeris mengambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan. Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan sebagai masukan dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi biner adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, dan perakaran. Bidang matematika yang mengkaji operasi numeris disebut sebagai aritmetika. Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya. Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama. Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan. Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya : Simbol bilangan bangsa Babilonia. Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM. Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno. Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat Islam di seluruh dunia. Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno. Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini. Sejarah Perkembangan Teori Bilangan Teori Bilangan pada Masa Prasejarah (Sebelum Masehi) Konsep bilangan dan proses berhitung berkembang dari zaman sebelum ada sejarah (artinya tidak tercatat sejarah kapan dimulainya). Mungkin bisa diperdebatkan, tapi diyakini sejak zaman paling primitif pun manusia memiliki “rasa” terhadap apa yang dinamakan bilangan, setidaknya untuk mengenali mana yang “lebih banyak” atau mana yang “lebih sedikit” terhadap berbagai benda. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya benda matematika tertua, yaitu tulang Lebombo di pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35.000 SM. Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang fibula baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus haid mereka; 28 sampai 30 goresan pada tulang atau batu, diikuti dengan tanda yang berbeda. Selain itu, ditemukan juga artefak prasejarah di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM dan berumur 20.000 tahun, yang menunjukkan upaya dini untuk menghitung waktu. Tulang Ishango, ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo), berisi sederetan tanda lidi yang digoreskan di tiga lajur memanjang pada tulang itu. Tafsiran umum adalah bahwa tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui tentang barisan bilangan prima. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Babilonia Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan. Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini. Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal. Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal. Sistem Numerasi Babylonia (±2000 SM), pertama kali orang yang mengenal bilangan 0 (nol) adalah Babylonian. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Mesir Kuno Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir. Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri. Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Sistem Numerasi Mesir Kuno (±3000 SM) bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya. Lambang dan simbol bilangan Mesir Teori Bilangan pada Suku Bangsa India Sulba Sutras (kira-kira 800-500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras. Panini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta menggunakan notasi yang sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalah prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci. Pada sekitar abad ke 6 SM, kelompok Pythagoras mengembangkan sifat-sifat bilangan lengkap (perfect number), bilangan bersekawan (amicable number), bilangan prima (prime number), bilangan segitiga (triangular number), bilangan bujur sangkar (square number), bilangan segilima (pentagonal number) serta bilangan-bilangan segibanyak (figurate numbers) yang lain. Salah satu sifat bilangan segitiga yang terkenal sampai sekarang disebut triple Pythagoras, yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya melalui perhitungan luas daerah bujur sangkar yang sisi-sisinya merupakan sisi-sisi dari segitiga siku-siku dengan sisi miring (hypotenosa) adalah c, dan sisi yang lain adalah a dan b. Hasil kajian yang lain yang sangat popular sampai sekarang adalah pembedaan bilangan prima dan bilangan komposit. Bilangan prima adalah bilangan bulat positif lebih dari satu yang tidak memiliki Faktor positif kecuali 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan positif selain satu dan selain bilangan prima disebut bilangan komposit. Catatan sejarah menunjukkan bahwa masalah tentang bilangan prima telah menarik perhatian matematikawan selama ribuan tahun, terutama yang berkaitan dengan berapa banyaknya bilangan prima dan bagaimana rumus yang dapat digunakan untuk mencari dan membuat daftar bilangan prima. Dengan berkembangnya sistem numerasi, berkembang pula cara atau prosedur aritmetis untuk landasan kerja, terutama untuk menjawab permasalahan umum, melalui langkah-langkah tertentu, yang jelas yang disebut dengan algoritma. Awal dari algoritma dikerjakan oleh Euclid. Pada sekitar abad 4 S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep dasar geometri dan teori bilangan. Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma untuk mencari Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif dengan menggunakan suatu teknik atau prosedur yang efisien, melalui sejumlah langkah yang terhingga. Kata algoritma berasal dari algorism. Pada zaman Euclid, istilah ini belum dikenal. Kata Algorism bersumber dari nama seorang muslim dan penulis buku terkenal pada tahun 825 M., yaitu Abu Ja’far Muhammed ibn Musa Al-Khowarizmi. Bagian akhir dari namanya (Al-Khowarizmi), mengilhami lahirnya istilah Algorism. Istilah algoritma masuk kosakata kebanyakan orang pada saat awal revolusi komputer, yaitu akhir tahun 1950. Pada abad ke 3 S.M., perkembangan teori bilangan ditandai oleh hasil kerja Erathosthenes, yang sekarang terkenal dengan nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of Erastosthenes). Dalam enam abad berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama Arithmetika, yang membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan rasional, dalam bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan oleh Euclid). Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah satu pendiri aljabar. Berikut ini adalah Simbol-simbol bilangan yang ditemukan : Bilangan Cunieform yang digunakan bangsa Babilonia sejak tahun 5000 SM Lambang bilangan bangsa Hindu-Arab kuno pada abad ke-10 Lambang bilangan yang digunakan bangsa Maya di Amerika pada tahun 500 SM Lambang bilangan Hieroglif yang digunakan bangsa Mesir Kuno Lambang bilangan bangsa Arab pada abad ke-11 Lambang bilangan bangsa Yunani Kuno Lambang bilangan bangsa Romawi Teori Bilangan pada Masa Sejarah (Masehi) Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833), Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics. Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain sebagainya. Tokoh Teori Bilangan Legendaris Pythagoras (582 SM - 496 SM) Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam (965 M) Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam lahir Basrah Irak, yang oleh masyarakat Barat dikenal dengan nama Alhazen. Al-Haytam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan semua bilangan sempurna yang genap, yaitu bilangan yang merupakan jumlah dari pembagi-pembagi sejatinya, seperti yang berbentuk 2k-1(2k-1) di mana 2k-1 adalah bilangan prima. Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p adalah bilangan prima, 1+(p-1)! habis dibagi oleh p. Sayangnya, jauh di kemudian hari, hasil ini dikenal sebagai Teorema Wilson, bukan Teorema Al-Haytam. Teorema ini disebut Teorema Wilson setelah Warring pada tahun 1770 menyatakan bahwa John Wilson telah mengumumkan hasil ini. Selain dalam bidang matematika, Al-Haytam juga dikenal baik dalam dunia fisika, yang mempelajari mekanika pergerakan dari suatu benda. Dia adalah orang pertama yang menyatakan bahwa jika suatu benda bergerak, akan bergerak terus menerus kecuali ada gaya luar yang memengaruhinya. Ini tidak lain adalah hukum gerak pertama, yang umumnya dikenal sebagai hukum Newton pertama. Jamshid Al-Kashi (1380 M) Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara wilayah Iran Tengah. Selama hidupnya, Al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan sederet penemuan penting bagi astronomi dan matematika. Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman kuno selama berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang diciptakan oleh Al-Kashi. Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia bahas dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal abad ke-15 di Samarkand. Segitiga Pascal pertama kali diketahui dari sebuah buku karya Yang Hui yang ditulis pada tahun 1261, salah seorang ahli matematika Dinasti Sung yang termasyhur. Namun, sebenarnya segitiga tersebut telah dibahas dalam buku karya Al Kashi yang disebut dengan Segitiga Khayyam. Dan kita semua tahu bahwa ilmu di Cina dan Persia itu sudah tua. Sedangkan segitiga Pascal yang dibahas oleh Peter Apian, seorang ahli Aritmatika dari Jerman baru diterbitkan pada 1527. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Segitiga Khayyam muncul terlebih dulu sebelum segitiga Pascal. Pierre de Fermat Pierre de Fermat meninggal pada tahun 1665. Dewasa ini kita mengira bahwa Fermat adalah seorang ahli teori bilangan, bahkan mungkin ahli teori bilangan yang paling terkenal yang pernah hidup. Karena itu alangkah mengejutkannya bahwa pada kenyataannya Fermat adalah seorang pengacara dan hanya seorang matematikawan amatir. Hal lain yang juga mengejutkan adalah fakta bahwa ia hanya pernah menerbitkan sekali dalam hidupnya karya dalam matematika, dan itupun ditulis tanpa nama yang disertakan dalam apendik suatu buku teks. Karena Fermat menolak untuk menerbitkan karyanya, teman-temannya takut bahwa ia akan segera dilupakan kecuali dilakukan sesuatu. Putranya, Samuel mengambil alih pengumpulan surat Fermat dan tulisan matematika lainnya, komentar yang ditulis di buku, dan sebagainya dengan tujuan untuk menerbitkan gagasan matematika yang dimiliki ayahnya. Dengan cara inilah “Teorema Terakhir” yang terkenal diterbitkan. Hal tersebut ditemukan oleh Samuel dalam catatan kecil ayahnya dalam salinan buku Arithmetica karya Diophantus. Teorema terakhir Fermat menyatakan bahwa x^n+y^n=z^n tidak mempunyai solusi bilangan bulat tak nol untuk x, y dan z, jika n > 2. Fermat menuliskan bahwa “I have discovered a truly remarkable proof which this margin is to small to contain”. Fermat juga hampir selalu menulis catatan kecil sejak tahun 1603, manakala ia pertama kali mempelajari Arithmetica karya Diophantus. Ada kemungkinan Fermat menyadari bahwa apa yang ia sebut sebagai remarkable proof ternyata salah, karena semua teorema yang dia nyatakan biasanya dalam bentuk tantangan yang Fermat ajukan terhadap matematikawan lain. Meskipun kasus khusus untuk n = 3 dan n = 4 ia ajukan sebagai tantangan (dan Fermat mengetahui bukti untuk kasus ini) namun teorema umumnya tidak pernah ia sebut lagi. Pada kenyataannya karya matematika yang ditinggalkan oleh Fermat hanya satu buah pembuktian. Fermat membuktikan bahwa luas daerah segitiga siku- siku dengan sisi bilangan bulat tidak pernah merupakan bilangan kuadrat. Jelas hal ini mengatakan bahwa tidak ada segitiga siku-siku dengan sisi rasional yang mempunyai luas yang sama dengan suatu bujursangkar dengan sisi rasional. Dalam simbol, tidak terdapat bilangan bulat x, y, z dengan sehingga bilangan kuadrat. Dari sini mudah untuk mendeduksi kasus n = 4, Teorema Fermat. Penting untuk diamati bahwa dalam tahap ini yang tersisa dari pembuktian Fermat Last Theorem adalah membuktikan untuk kasus n bilangan prima ganjil. Jika terdapat bilangan bulat x, y, z dengan maka jika n = pq,. Joseph-Louis de Langrange (25 Januari 1736 - 10 April 1813) Joseph-Louis de Lagrange (lahir dengan nama Giuseppe Luigi Lagrangia) adalah seorang matematikawan dan astronom Perancis-Italia yang membuat sumbangan penting pada mekanika klasik, angkasa dan teori bilangan. Dilahirkan di Turin, ia adalah campuran Italia dan Perancis. Ayahnya ialah orang kaya, namun suka menghambur-hamburkan kekayaannya. Belakangan dalam hidupnya, Lagrange menyebutnya sebagai bencana yang menguntungkan karena, "jika saya mewarisi kekayaan mungkin saya tidak akan mempertaruhkan nasib saya dengan matematika”. Berpaling pada matematika dengan membaca sebuah esai tentang kalkulus, dengan cepat ia menguasai subjek tersebut. Pada usia 19 tahun, ia memulai karyanya (mungkin yang terbesar), Mecanique analitique, meski tak diterbitkan sampai ia berusia 52 tahun. Karena tiadanya diagram yang lengkap, komposisi terpadu, William Rowan Hamilton menyebut bukunya sebagai "sajak ilmiah". Pada saat Lagrange mengirim beberapa hasil karyanya kepada Leonhard Euler, Euler sadar akan kecemerlangan Lagrange dan menunda menerbitkan sejumlah karyanya sendiri yang berkaitan agar Lagrange-lah yang bisa menerbitkannya pertama kali (contoh langka tentang sifat seorang akademikus yang tak mementingkan diri sendiri). Kariernya masyhur; pada usia 20 tahun ia adalah matematikawan istana pada Raja Prusia Friedrich yang Agung di Berlin dan kemudian guru besar di Ecole normale di Paris. Selama Revolusi Prancis, ia adalah favorit Marie Antoinette dan kemudian Napoleon. Di Paris, ia membantu menyempurnakan sistem metrik tentang berat dan ukuran. Adrien-Marie Legendre (18 September 1752 . 10 Januari 1833) Adrien-Marie Legendre ialah matematikawan Perancis. Ia membuat sumbangan penting atas statistik, teori bilangan, aljabar abstrak dan analisis matematika. Kebanyakan karyanya disempurnakan oleh ilmuwan lainnya (karyanya pada akar polinomial mengilhami teori Galois; karya Abel pada fungsi elips dibangun pada Legendre; beberapa karya Gauss dalam statistik dan teori bilangan yang melengkapi teori Legendre). Pada tahun 1830 ia memberikan bukti pada teorema akhir Fermat untuk eksponen n = 5, yang diberikan hampir secara serentak oleh Dirichlet pada 1828. Dalam teori bilangan, ia mengkonjekturkan hukum timbal balik kuadrat, yang kemudian dibuktikan Gauss. Ia juga melakukan karya pioner pada prima, dan pada penerapan analisis pada teori bilangan. Konjekturnya dari teorema bilangan prima dengan tepat dibuktikan oleh Hadamard dan de la Vallee-Poussin pada 1898. Johan Carl Friedrich Gauss (30 April 1777 . 23 Februari 1855) Gauss adalah matematikawan, astronom, dan fisikawan Jerman yang memberikan beragam kontribusi. Ia dipandang sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa selain Archimedes dan Isaac Newton. Dilahirkan di Braunschweig, Jerman, saat umurnya belum genap 3 tahun, ia telah mampu mengoreksi kesalahan daftar gaji tukang batu ayahnya. Menurut sebuah cerita, pada umur 10 tahun, ia membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus untuk menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+...+100. Meski cerita ini hampir sepenuhnya benar, soal yang diberikan gurunya sebenarnya lebih sulit dari itu. Johann Peter Gustav Lejeune Dirichlet (13 Februari 1805-5 Mei 1859) Dirichlet ialah matematikawan Jerman yang dihargai karena definisi "formal" modern dari fungsi. Keluarganya berasal dari kota Richelet di Belgia, dari yang nama belakangnya "Lejeune Dirichlet" ("le jeune de Richelet" = "anak muda dari Richelet") diturunkan, dan di mana kakeknya tinggal. Dirichlet lahir di Duren, di mana ayahnya merupakan kepala kantor pos. Ia mendapatkan pendidikan di Jerman, dan kemudian Prancis, di mana ia belajar dari banyak matematikawan terkemuka saat itu. Karya pertamanya ialah pada teorema akhir Fermat. Inilah konjektur terkenal (kini terbukti) yang menyatakan bahwa untuk n>2, untuk persamaan x^n+y^n=z^n tak memiliki solusi bilangan bulat, selain daripada yang trivial yang mana x,y,atau z itu 0. Ia membuat bukti parsial untuk kasus n = 5, yang dilengkapi oleh Adrien-Marie Legendre. Dirichlet juga melengkapi pembuktiannya sendiri hampir di saat yang sama; kemudian ia juga menciptakan bukti penuh untuk kasus n = 14. Setelah kematiannya, ceramah Dirichlet dan hasil lain dalam teori bilangan dikumpulkan, disunting dan diterbitkan oleh kawannya dan matematikawan Richard Dedekind dengan judul Vorlesungen uber Zahlentheorie (Ceramah pada Teori Bilangan). Benjamin Peirce (4 April 1809 . 6 Oktober 1880) Benjamin Peirce ialah seorang matematikawan Amerika yang mengajar di Universitas Harvard selama kira-kira 50 tahun. Dia bersumbangsih dalam bidang mekanika benda langit, teori bilangan, aljabar, dan filsafat matematika. Setelah tamat dari Harvard, dia menjadi seorang asisten dosen (1829), dan kemudian diangkat menjadi dosen matematika pada 1831. Di dalam teori bilangan, dia membuktikan bahwa tidak ada bilangan sempurna ganjil yang kurang dari empat faktor prima. Di dalam aljabar, dia dikenal atas pengkajiannya pada aljabar asosiatif. Dia pertama mengajukan istilah idempoten dan nilpoten pada 1870 untuk menjelaskan unsur-unsur aljabar ini, dan dia juga memperkenalkan penguraian peirce.
September 28, 2020   Posted by Miq Guru Budi in , with No comments
Read More
BAB I PENDAHULUAN A. Ruang Lingkup Pembahasan Pada dasarnya kehidupan manusia selama ini tidak bisa terlepas dari yang namanya suhu dan kalor. Dalam kehidupan manusia yang selalu menjidak kalor sebagai alat untuk menjaga kestabilan manusia dalm menjalankan kehidupanya di muka bumi ini. Di alam modernisasi seperti ini aplikasi kalor dibidang teknologi mungkin tidak sulit anda temukan bahkan juga mungkin terdapat di rumah anda, yaitu lemari es, suatu mesin yang diantaranya mengubah suatu air menjadi es. Aplikasi perpindahan kalor di alam dapat anda jumpai pada sirkuilasi udara di pantai. Pada siang hari bertiup angin dari laut menuju darat, disebut angin laut. Begitu pula sebaliknya pada malam hari bertiup angin dari darat menuju laut. Bagaimana air biasa menjadi es?, mengapa air laut bertiup siang hari dan angin darat bertiup malam hari?.Hal-hal tersebut merupakan bagian-bagian daripada suhu dan kalor. Makalah ini dispesifikasikan pada satu tinjauan permasalahan yang dilihat dari berbagai topik yang muncul dari suhu dan kalor itu sendiri, dimana pokok pembahasannya meliputi. a) pengertian suhu dan kalor b) komponen yang ada dalam suhu dan kalor B. Tujuan Penulisan Makalah Adapun tujuan yang diharapkan oleh penulis dengan penulisan makalah ini adalah selain memenuhi tugas penunjang dalam Mata Kuliah Konsep Dasar IPA, juga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mahasiswa dalam bidang fisika pada umumnya terutama materi tentang suhu dan kalor pada khususnya. BAB II PEMBAHASAN 1. SUHU 1.1. Pengertian Suhu (temperature) adalah suatu besaran pokok yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dinginkan memiliki suhu yang rendah. Perlu diketahui bahwa suhu merupakan besaran, maka yang memiliki suhu tentu benda. Misalnya suhu es yang sedang mencair, suhu air yang mendidih dan seterusnya. Jadi tidak ada suhu tempat atau ruangan, yang ada adalah suhu udara di tempat atau ruangan. Untuk mengetahui dengan pasti dingin atau panasnya suatu benda, kita memerlukan suatu besaran yang dapat diukur dengan alat ukur. Sebagai contoh apa yang kamu rasakan ketika kita minum es, dingin bukan, ketika kita merebus air, lama kelamaan air yang kamu rebus akan menjadi panas bukan setelah itu bisakah kita mengukur suhu? Bisakah tangan kita digunakan untuk mengukur panas atau dinginnya suatu benda dengan tepat? Kita tentu memerlukan cara untuk membedakan derajat panas atau dingin benda tersebut untuk itu kita perlu mengetahui cara untuk mengukur suhu secara akurat 1.2. Alat Pengukuran Suhu Alat untuk pengukur suhu disebut Termometer. Termometer pertama kali dibuat oleh Galileo Galilei (1564-1642). Termemoter ini disebut termometer udara. Termometer udara terdiri dari sebuah bola kaca yang dilengkapi dengan sebatang pipa kaca yang panjang , pipa tersebut dicelupkan kedalam cairan berwarna. Jika bola kaca dipanaskan, udara didalam pipa akan mengembang sehingga udara keluar dari pipa. Namun ketika bola didinginkan udara didalam pipa menyusut sehingga sebagian air naik kedalam pipa. Termometer udara peka terhadap perubahan suhu sehingga udara saat itu segera dapat diketahui. a. Macam-macam Termometer Termometer dibuat berdasarkan prinsip perubahan volume. Thermometer yang tabungnya diisi dengan raksa kita sebut thermometer raksa. Thermometer raksa dengan skala Celcius adalah thermometer yang umum dijumpai dalam keseharian. Selain raksa terdapat pula termometer alkohol. Adapun perbedaan atau keuntungan dan kekurangan dari masing-masing thermometer yang dibuat dari raksa atau alkohol adalah sebagai berikut: • Thermometer Raksa Keuntungan dan kekurangan menggunakan termometer raksa Keuntungan: - Raksa mudah dilihat karna mengkilat. - Volume raksa berubah secara teratur ketika terjadi perubahan suhu. - Raksa tidak membasahi kaca ketika memuai atau menyusut. - Jangkauan suhu raksa cukup lebar dan sesuai untuk pekerjaan- pekerjaan laboratorium (-400 C sampai dengan 3500 C) - raksa dapat panas secara merata sehingga menunjukkan suhu dengan cepat dan tepat. Kerugian - Raksa lumayan mahal. - Raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah ( seperti di kutub utara dan selatan) - Raksa termasuk zat berbahaya sehingga ketika pecah akan membahayakan kulit. • Thermometer Alkohol Keuntungan dan kerugian thermometer alkohol Keuntungan: - Alkohol lebih murah dibanding raksa - Alkohol lebih teliti karena untuk kenaikan suhu yang kecil, alkohol mengalami perubahan volume yang lebih besar. - Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat dingin (seperti didaerah kutub yaitu – 1120 C) Kerugian: - Alkohol memiliki didih rendah yaitu 78o C, sehingga pemakainya terbatas. - Alkohol tidak berwarna sehingga harus diberi warna terlebih dahulu agar terlihat. - Alkohol membasahi dinding kaca. Mengapa kita menggunakan cairan yang jarang kita jumpai dikehidupan kita sehari-hari seperti raksa dan alkohol? Mengapa kita tidak menggunakan cairan yang sering kita jumpai seperti air? Air tidak digunakan untuk mengisi pipa thermometer karena 5 alasan berikut: - Air membasahi dinding kaca - Air tidak berwarna sehingga sulit dibaca batas ketinggiannya - Jangkauan suhu terbatas ( 0 o C sampai 100 o C ) - Perubahan volume air sangat kecil ketika suhunya dinaikan. - Hasil bacaan yang didapat kurang teliti karena air termasuk penghantar panas yang sangat jelek. Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada suhu tertentu, beberapa sifat fisik benda tersebut berubah. Sifat-sifat benda yang akibat berubah adanya perubahan suhu di sebut sifat termometrik. Sifat termometrik suatu zat dapat di manfaatkan sebagai suatu alat pengukur suhu. Thermometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur suhu atau benda. Berbagai jenis thermometer di buat berdasarkan beberapa sifat termometrik zat, seperti pemuain zat padat, pemuain zat cair, pemuain gas, tekanan zat cair, teknan udara, regangan zat padat, hambatan zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi benda). Berdasarkan sifat termomatrik zat, jenis-jenis thermometer antara lain sebagai berikut. • Thermometer Zat Cair Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa zat cair akan memuai (bertamba volumenya jika di panaskan). • Thermometer Bimetal Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa logam akan memuai (bertambah panjang) jika di panaskan. Thermometer Hambatan Alat ini bekerja berdasar prinsip bahwa seutas kawat logam di panaskan, hambatan listriknya akan bertambah. Perubahan hambatan listrik ini kemudian di ubah ke dalam pulsa-pulsa listrik. Pulsa listrik inilah yang menunjukan suhu saat itu. Temokopel Perbedaan pemuain antara dua logam yang ke dua ujungnya di sentuhkan di manfaatkan pada termokopel. Pada prinsipnya, pemuaian yang berbeda antara dua logam yang ujungnya di sentuhkan akan menghasilkan gaya gerak listrik (GGL). Besar GGL inilah yang di manfaatkan oleh termokopel untuk menunjukan suhu. • Thermometer Gas Bila sejumlah gas yang di panaskan volumenya di jaga tetap, tekanannya akan bertambah. Sifat termometrik. inilah yang di manfaatkan untuk mengukur suhu pada thermometer gas. • Pyrometer Pyrometer bekerja dengan mengukur intensitas radiasi yang di pancarkan oleh benda yang sangat panas. Instrument pyrometer tidak menyentuh benda panas sehingga pyrometer dapat di gunakan untuk mengukur suhu yang sangat tinggi (kira- kira 5000C – 30000C) yang dapat membakar habis thermometer jenis lainnya Selain thermometer diatas, ada beberapa thermometer yang kita kenal, yaitu thermometer laboratorium, thermometer ruang, thermometer klinis, dan thermometer Six-Bellani. • Termometer Laboratorium Thermometer laboratorium dapat dijumpai dilaboratorium. Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur suhu air dingin atau air yang sedang dipanaskan. Thermometer laboratorium menggunakan raksa atau alkohol sebagai penunjuk suhu. Raksa dimasukkan kedalam pipa yang sangat kecil (pipa kapiler). Kemudian pipa dibungkus dengan kaca yang tipis. Tujuannya agar panas dapat diserap dengan cepat oleh thermometer. Suhu pada thermometer laboratorium biasanya 0 o C sampai 100 o C. suhu 0 o C menyatakan suhu es yang sedang mencair, sedangkan suhu 100 o C menyatakan suhu air sedang membeku. • Termometer Ruang Thermometer ruang dipasang pada tembok rumah atau kantor. Thermometer ini mengukur suhu udara pada suatu saat. Skala thermometer ruang adalah -50 o C sampai 50o C. mengapa menggunakan skala seperti itu? Karena suhu udara dibeberapa tempat bisa dibawah 0o C misalnya di Eropa. Sementara pada sisi lain suhu udara tidak pernah melebihi 50o C. • Termometer Klinis Thermometer klinis disebut juga thermometer demam. Thermometer ini biasanya digunakan oleh dokter untuk mengukur suhu badan. Pada keadaan sehat suhu tubuh kita sekitar 30o C namun pada keadaan demam suhu tubuh kita melebihi suhu tersebut. Suhu tubuh kita pada saat demam dapat melebihi 40o C. skala suhu pada thermometer klinis hanya 35o C sampai 43o C. hal ini sesuai dengan keadaan suhu tubuh kita. Suhu tubuh kita tidak mungkin dibawah 35o C dan melebihi 45o C. thermometer klinis biasanya dijepit pada ketiak, tapi ada pula yang nempel didahi, dan ditempel dimulut. Ketika thermometer dijepit suhu tubuh kita membuat raksa naik dipipa kapiler. Raksa akan berhenti bila suhu raksa sudah sama dengan suhu tubuh kita dan kita tinggal membaca berapa suhu yang ditunjukkan oleh raksa. • Thermometer Six-Bellani Thermometer Six-bellani disebut juga thermometer maxsimum minimum. Thermometer ini dapat mencatat suhu tertinggi dan terendah pada jangka waktu tertentu. b. Cara Membuat Termometer Dalam pembuatan thermometer, Mula-mula ditetapkan dua patokan suhu yang selanjutnya disebut titik tetap. Titik tetap merupakan suhu ketika benda mengalami perubahan wujud, misalnya saat benda mencair dan mendidih. Suhu ketika benda mencair menyatakan titik tetap bawah, sedangkan suhu ketika kita mendidih menyatakan titik tetap atas kemudian diantara titik tetap tersebut dibuat skala-skala. Bilangan yang menyatakan titik tetap berbeda antara satu ilmuan dengan ilmuan lainnya. Celcius (1701-1744) membuat titik tetap bawah ketika es mencair dan titik tetap atas ketika air mendidih. Titik tetap bawah (suhu es mencair) ditetapkan sebagai suhu 0o . Sementara titik tetap atas ( suhu air mendidih) ditetapkan sebagai suhu 100o. Kemudian jarak antara titik tetap atas dan titik tetap bawah dibagi menjadi 100áµ’ yang sama panjang. Dengan demikian skala Celcius memiliki rentang suhu antara 0o C sampai 100o C. skala suhu seperti ini digunakan dibanyak Negara termasuk di Indonesia. Fahrenheit (1686-1736) memilih suhu campuran es dan garam ketika membeku sebagai titik tetap bawah. Titik tetap ini menyatakan 0o. Sementara titik tetap atas dipasang bilangan 212o, yaitu titik didih campuran tersebut. Berarti skala Fahrenheit memiliki rentang suhu antara 0o F sampai 212o F. kemudian jarak antara titik tetap atas dan titik tetap bawah dibagi menjadi 180o yang sama panjang. Skala yang dibuat oleh Fahrenheit digunakan dibeberapa Negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Reamur memilih titik 0o untuk es yang mencair dan 80o untuk air mendidih. Berarti skala reamur memiliki rentang suhu antara 0o R sampai 80o R. kemudian jarak anatara dua titik tetap tersebut menjadi 80 yang sama. Lord Kelvin (1824-1907) menyusun skala suhu dengan menggunakan ukuran derajat yang sama besar dengan derajat Celcius. Namun Kelvin menyatakan bahwa titik beku es adalah -273o K, sedangkan titik didih air adalah 373o C. dengan demikian 0o C sama dengan suhu -273o K sedangkan suhu 100o C sama dengan suhu 373o K. Suhu -273o K disebut titik nol mutlak. c. Mengubah Skala Suhu Pada skala Celcius terdapat 100 skala, pada skala Farenheit terdapat 180 skala, dan pada skala Reamur terdapat 80 skala. Perbandingan skala tersebut adalah o C : o R : (o F – 32) : (oK 273) = 5 : 4 : 9 : 5 Untuk mengubah derajat satu skala menjadi derajat skala yang lain digunakan rumus: Suhu Diketahui Diubah Ke Rumus Yang Digunakan o C o F o F = 9/5 o C + 32 o F o C o C = 5/9 (o F – 32) o C o R o R = 4/5 o C o R o C o C = 5/4 oR o R o F o F = 9/4 oR + 32 o F o R o R = 4/9 (o F – 32) o K o C o C = (o K – 273) o C o K o K = o C + 273 2. KALOR 2.1. Pengertian Kalor Kalor merupakan bentuk energi yang pindah karena adanya perbedaan suhu. Secara alamiah, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Sebelum. Jika kalor merupakan zat, tentu mempunyai masa. Ternyata benda yang suhunya naik, massanya tidak berubah, jadi kalor bukan zat. Ketika satu ketel air dingin diletakkan di atas kompor, temperatur air akan naik. Kita katakan bahwa kalor mengalir dari kompor ke air yang dingin. Ketika dua benda yang temperaturnya berbeda diletakkan sating bersentuhan, kalor akan mengalir seketika dari yang panas ke yang dingin. Aliran kalor seketika ini selalu dalam arah yang cenderung menyamakan temperatur. Jika kedua benda tersebut disentuhkan cukup lama sehingga temperatur keduanya sama, keduanya dikatakan dalam keadaan setimbang termal, dan tidak ada lagi kalor yang mengalir di antaranya. Sebagai contoh, ketika termometer demam pertama kali dimasukkan ke mulut pasien, kalor mengalir dari mulut pasien tersebut ke termometer; ketika pembacaan temperatur berhenti naik, termometer setimbang dengan mulut orang tersebut, dan temperaturnya sama. 2.2. Kalor sebagai Transfer Energi Kita gunakan istilah "kalor" pada kehidupan sehari-hari seakan-akan kita tahu apa yang dimaksud. Tetapi istilah tersebut sering digunakan secara tidak konsisten, sehingga penting bagi kita untuk mendefinisikan kalor dengan jelas, dan untuk memperjelas fenomena dan konsep yang ber¬hubungan dengan kalor. Secara umum kita membicarakan "aliran", kalor-kalor mengalir dari kompor ke ketel kopi, dari Matahari ke Bumi, dari mulut seseorang ke termo¬meter demam. Kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda lain dengan temperatur yang lebih rendah. Kalor berhubungan dengan energi. Gagasan bahwa kalor berhubungan dengan energi dikerjakan lebih lanjut oleh sejumlah ilmuwan pada tahun 1800-an, terutama oleh seorang pembuat minuman dari Inggris, James Prescott Joule (1818 - 1889). Joule melakukan sejumlah percobaan yang penting untuk menetapkan pandangan kita saat ini bahwa kalor, seperti kerja, merepresentasikan transfer energi. Salah satu bentuk dari percobaan Joule ditunjukkan pada gambar di bawah ini: Beban yang jatuh menyebabkan roda pedal berputar. Gesekan antara air dan roda pedal menyebabkan temperatur air naik sedikit (sebenarnya, hampir tidak terukur oleh Joule). Tentu saja, kenaikan temperatur yang sama juga bisa didapat dengan memanaskan air di atas kompor. Pada percobaan ini, dan banyak percobaan penting lainnya (beberapa di antaranya melibatkan energi listrik), Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik Sebagai hasil dari percobaan ini dan yang lainnya, para ilmuwan kemudian menginterpretasikan kalor bukan sebagai zat, dan bahkan bukan sebagai bentuk energi. Melainkan, kalor merupakan "transfer energi": ketika kalor mengalir dari benda panas ke yang lebih dingin, energi-lah yang ditransfer dari yang panas ke yang dingin. Dengan demikian, kalor merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur. Dalam satuan SI, satuan untuk kalor, sebagaimana untuk bentuk energi lain, adalah joule. Bagaimanapun, kalori dan kkal kadarigkala tetap digunakan. Sekarang kalori didefinisikan dalam joule (melalui tara kalor mekanik di atas), dan bukan dalam sifat air, seperti sebelumnya. Yang terakhir ini tetap pantas diingat: 1 kal menaikkan temperatur 1 g air sebesar 1 0C, atau 1 kkal menaik¬kan temperatur 1 kg air sebesar 1 0C. 2.3. Satuan kalor Satuan untuk menyatakan kalor adalah Joule (J) atau Kalori (kal). Joule menyatakan satuan usaha atau energi. Satuan Joule merupakan satuan kalor yang umum digunakan dalam fisika. Sedangkan Kalori menyatakan satuan kalor. Kalori (kal) merupakan satuan kalor yang biasa digunakan untuk menyatakan kandungan energi dalam bahan makanan. Contohnya: sepotong roti memiliki kandungan energy 200 kalori dan sepotong daging memiliki kandungan energi 600 kalori. Nilai 1 kalori (1 kal) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg air agar suhunya nai 1°C. Hubungan satuan kalori dengan joule adalah 1 kal = 4,2 J atau 1 J = 0,24 kal Kalor merupakan energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan. Kalor yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara, yaitu untuk merubah wujud benda atau untuk menaikkan suhu benda itu. Besar kalor yang diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan suhu tergantung pada : • massa benda • kalor jenis benda • perbedaan suhu kedua benda Secara matematis persamaan dapat ditulis dengan : Q = m.c (t2 – t1) dengan ketentuan: • Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule) • m = Massa zat (Kilogram) • c = Kalor jenis (Joule/kilogram°C) • (t2 – t1) = Perubahan suhu (°C) a. Kalor Jenis Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu satu kg air sebesar 10 C. Untuk mencari kalor jenis, rumusnya adalah: c = Q / m (t2 – t1) b. Kapasitas kalor Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh benda untuk menaikkan suhunya 1°C. Rumus kapasitas kalor: H = Q / (t2 – t1) dengan syarat: • Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule) • H = Kapasitas kalor (Joule/°C) • m = Massa zat (Kilogram) • c = Kalor jenis (Joule/kilogram°C) • (t2 – t1) = Perubahan suhu (°C) c. Azas Black Teori kalorik menyatakan bahwa setiap benda mengandung sejenis zat alir (kalorik) yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Teori ini diperkena lkan oleh Antoine Lavoiser. Teori ini juga menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi mengandung lebih banyak kalor dari pada benda yang suhunya rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda yang suhunya tinggi akan kehilangan sebagian kalor yang diberikan kepada benda bersuhu rendah. Akhirnya para ilmuwan mengetahui bahwa kalor sebenarnya merupakan ssalah satu bentuk energi. Karena merupakan energi maka berlaku prinsip kekekalan energi yaitu bahwa semua bentuk energy adalah ekivalen (setara) dan ketika sej umlah energi hilang, proses selalu disertai dengan munculnya sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya. Kekekalanm energi pada pertukaran kalor pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris Joseph Black dengan pernyataan : kalor yang dilepaskan o leh air panas (Qlepas) sama dengan kalor yang diterima air dingin (Q terima). Secara matematis pernyataan tersebut dapat ditulis dengan : Q lepas = Q terima d. Kalorimeter Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalorimeter yang paling banyak digunakan adalah kalorimeter aluminium. Alat ini dirancang sehingga pertukaran kalor tidak terjadi diluar bejana. Untuk mengurangi radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding bejana, maka kedua dinding bejana bagian dalam dan luar dibuat mengkilap. 3. PERPINDAHAN KALOR Perpindahan kalor dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : a) Konduksi Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskandalam selang waktu tertenu, ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada batang logam tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari bagian logam yang bersuhu tinggi ke bagian logam yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor pada logam yang tidak diikuti perpindahan massa ini disebut dengan perpindahan kalor secara konduksi. Jadi konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dn selama terjadi perpindahan kalor, tidak disertai dengan perpindahan partikel- partikel zat perantaranya. Perpindahan kalor di dalam zat padat dapat dijelaskan dengan teori atom. Atom-atom dalam zat padat yang dipanaskan akan bergetar dengan kuat. Atom atom yang bergetar akan memindahkan sebagian energinya kepada atom atom tetangga terdekat yang ditumbuknya. Kemudian atom tetangga yang ditumbuk dan mendapatkan kalor ini akan ikut bergetar dan menumbuk atom tetangga lainnya, demikian seterusnya sehingga terjadi perpindahan kalor. Dalam zat padat. Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan suhu antar dua tempat pada benda tersebut. Kalor akan berpindah dari tempat bersuhu tinggi ke tempat bersuhu rendah. Jika suhu kedua tempat tersebut menjadi sama, maka rambatan kalor pun akan terhenti. Berdasarkan kemampuan suatu zat menghantarkan kalor secara konduksi, zat dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang dapat menghantarkan kalor dengan baik, sedangkan isolator adalah kebalikannya, yaitu zata yang sukar menghantarkan kalor. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa perpindahan kalor secara konduksi bergantung pada jenis logam, luas penampang penghantar kalor, perbedaan suhu antar ujung-ujung logam, serta panjang penghantar yang dilalui oleh kalor tersebut. Besar kalor yang mengalir per satuan waktu pada proses konduksi ini tergantung pada : • Berbanding lurus dengan luas penampang batang • Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan • Berbanding terbalik dengan panjang batang b. Konveksi Konveksi Adalah proses perpindahan kalor yang terjadi yang disertai dengan perpindahan pergerakan fluida itu sendiri. Ada 2 jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah pergerakan fluida terjadi karena perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi paksa terjadinya pergerakan fluida karena ada paksaan dari luar. Contoh konveksi alamiah : nyala lilin akan menimbulkan konveksi udara disekitarnya, air yang dipanaskan dalam panci, terjadinya angin laut dan angin darat, dsb. Contoh konveksi paksa : sistim pendingin mobil, pengering rambut, kipas angin, Besar laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida di sekitarnya adalah berbanding lurus dengan luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida dan perbedaan suhu antara benda dengan fluida. c. Radiasi Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Pada radiasi, kalor atau energi merambat tanpa membutuhkan zat perantara, berbeda halnya dengan konduksi atau konveksi yang selalu membutuhkan medium. Sebenarnya setiap benda memancarkan dan menyerap energi radiasi. Benda panas ada yang berpijar dan ada juga yang tidak berpijar. Kedua benda tersebut memencarkan/meradiasikan energi kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Yosef Stefan menemukan bahwa laju rambat kalor secara radiasi tiap satu satuan luas permukaan benda begantung pada sifat dan suhu permukaan benda. Benda yang mengkilap lebih sukar memencarkan kalor daripada benda yang hitan dan kusam. Keadaan tersebut juga berlaku untuk benda yang menyerap kalor. Benda yang permukaannnya mengkilap lebih sukar menyerap kalor daripada benda yang permukaannnya hitam dan kusam. Jadi dspst dikstsksn bahwa benda hitam dan kusam merupakan pemancar dan penyerap kalor yang baik. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan materi diatas Suhu atau temperatur benda adalah besaran yang menyatakan derajat panas suatu benda. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dinginkan memiliki suhu yang rendah. Alat untuk pengukur suhu disebut Termometer. Termometer pertama kali dibuat oleh Galileo Galilei (1564-1642). Beberapa thermometer yang kita kenal, yaitu thermometer laboratorium, thermometer ruang, thermometer klinis, dan thermometer Six-Bellani. Kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan. Besar kalor yang diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan suhu tergantung pada : • massa benda • kalor jenis benda • perbedaan suhu kedua benda Perpindahan kalor dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : 1. Konduksi 2. Konveksi 3. Radiasi DAFTAR PUSTAKA Bandura, A. 1969. Fisika Alam. Jakarta: Erlangga. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga Muslim, dkk. 2006. Konsep Dasar Fisika. Bandung. UPI Press Tim SEQIP. 2007. Buku IPA Guru Kelas 5. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik . Jakarta: Erlangga http://yurishandcraft.blogspot.co.id/2013/10/materi-suhu-dan-kalor.html?m=1 http://mataduniakami.blogspot.co.id/2015/12/makalah-suhu-dan-kalor.html?m=1 http://sekitarduniaunik.blogspot.com/2013/02/perbedaan-celcius-fahrenheit-reamur-dan-kelvin.html
September 28, 2020   Posted by Miq Guru Budi in , with No comments
Read More
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai mahluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak (Efendi, 1995 : 5). Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi manusia dituntut mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa mempunyai 4 komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesatuan komponen tersebut sangat erat hubunggannya sehingga disebut catur tunggal. Dan keterampilan itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, dapat diawali dengan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan berbicara bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan Hakikat berbicara merupakan pengetahuan yang sangat fungsional dalam memahami seluk beluk berbicara. Manusia hidup selalu berkelompok mulai dari kelompok kecil, misalnya keluarga, sampai kelompok yang besar seperti organisasi sosial. Dalam kelompok itu mereka berinteraksi satu dengan yang lainnya. Di mana ada kelompok baru manusia, di situ pasti ada bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Dalam setiap masyarakat diperlukan komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif. Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apa pengertian berbicara? 1.2.2. Apa saja komponen dalam keterampilan berbicara? 1.2.3. Apa tujuan berbicara? 1.2.4. Apa saja prinsip-prinsip keterampilan berbicara? 1.2.5. Apa saja ragam berbicara? 1.2.6. Apa saja faktor-faktor yang mempengeruhi keefektifan berbicara? 1.2.7. Apa saja hambatan-hambatan dalam berbicara? 1.2.8. Bagaimana hubungan keterampilan berbicara dengan aspek kebahasaan lainnya 1.3. Tujuan Masalah 1.3.1. Memahami keterampilan berbicara 1.3.2. Memahami komponen dalam keterampilan berbicara 1.3.3. Memahami tujuan keterampilan berbicara 1.3.4. Memahami pirinsip-prinsip keterampilan berbicara 1.3.5. Memahami ragam berbicara 1.3.6. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam berbicara 1.3.7. Memahami hambatan-hambatan dalam berbicara 1.3.8. Memahami hubungan keterampilan berbicara dengan aspek kebahasaan lainnya BAB II PEMBAHASAN 1.1. Pengertian Berbicara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud,1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran. Menurut Mulgrave (1954:3-4) mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Jadi pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 23) mengemukakan pula bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. 1.2. Komponen Berbicara Menurut Tarigan (1990:157), butir-butir atau komponen yang selalu terlibat dan mempengaruhi pembicaraan adalah : 1. Pembicara; 2. Pembicaraan; 3. Penyimak; 4. Media; 5. Sarana penunjang; 6. Interaksi. 1.3. Tujuan Berbicara Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam Tarigan, 2008:17), pada dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu: memberitahukan dan melaporkan (to inform); menjamu dan menghibur (to entertaint); membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi, misalnya suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan. Adapun pengertian lebih rinci dari tujuan yang telah disebutkan di atas yaitu: a. Memberitahukan dan melaporkan ( to inform) Bebicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, tertib, dan hening. Soalnya, pesan yang dibicarakan merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam hal ini, pembicara harus berusaha berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat mengenai isi pembicaraan yang akan disampaikan, agar apa yang akan di sampaikan terjaga keakurtannya. Pendengarpun biasanya berusaha menangkap isi dari informasi yang di sampaikan dengan penuh kesungguhan. Contoh nya yaitu: penjelasan seorang Polisi mengenai konflik yang sedang terjadi ke khalayak umum, penjelasan seorang Presiden mengenai kenaikan BBM. b. Menjamu dan Menghibur (to entertaint) Berbicara dengan tujuan menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Soal pesan yang di sampaikan bukanlah tujuan utama. Akan tetapi, seorang pembicara berusaha berbicara agar mampu membuat pendengarnya senang gembira, dan bersuka ria dengan apa yang pembicara sampaikan. Contoh berbicara menghibur ini antara lain: lawakan, guyonan dalam ludruk. c. Membujuk, Mengajak,dan Mendesak, (to persuade) Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang- kadang terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan atau motivasi kepada pendengar dengan dilandasi kasih sayang, kebutuhan, harapan, serta memberikan inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa yang disampaikan pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin perusahaan kepada Karyawan-karyawannya, agar mereka mampu meningkatkan pendapatan Perusahaan lebih tinggi. Serta nasehat seorang Guru kepada Siswanya yang malas mengerjakan tugas. d. Meyakinkan Berbicara meyakinkan bertujuan meyakinkan pendengarnya. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dan sebagainya. Dalam pembicaraan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepadaargumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi. Contohnya: pidato seorang caleg kepada masyarakat tertentu, agar masyarakat dapat memilihnya sebagai anggota legislatif. Menurut Keraf (2001:320) tujuan yang akan dicapai dari berbicara, yaitu memberikan dorongan, menanamkan keyakinan, bertindak atau berbuat, menginformasikan atau memberitahukan dan memberi kesenangan. a. Memberikan dorongan Tujuan berbicara yang bersifat mendorong dimaksudkan bahwa pembicara berusaha memberikan semangat, membangkitkan gairah atau menekankan perasaan yang kurang baik serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Reaksi yang diharapkan dari pendengar yaitu menumbuhkan ilham atau inspirasi, dan membakar semangat atau emosi pendengar. b. Meyakinkan Tujuan berbicara yang berusaha untuk mempengaruhi keyakinan atau sikap mental atau intelektual para pendengar merupakan tujuan berbicara yang bersifat meyakinkan atau mempengaruhi. Alat yang tepat dan penting untuk tujuan ini adalah bentuk argumentasi. c. Berbuat atau Bertindak Tujuan berbicara agar pendengar berbuat atau bertindak adalah untuk memunculkan reaksi kepada pendengar agar melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Awalnya pembicara menanamkan suatu keyakinan kepada pendengar dengan cara memantapkan pikiran yang ada atau mengubah keyakinan pendengar agar sesuai dengan keyakinan pembicara. Tahap selanjutnya pembicara berusaha membangkitkan emosi pendengar. Tindakan atau perbuatan muncul setelah adanya keyakinan dan bangkitnya emosi pendengar. d. Memberitahukan Tujuan berbicara untuk memberitahukan atau menginformasikan dimaksudkan agar pendengar mengerti tentang suatu hal, untuk memperluas bidang pengetahuan yang belum pernah diketahui. e. Menyenangkan Berbicara untuk menyenangkan atau menggembirakan maksudnya pembicara berusaha membangkitkan suasana menghibur dan munculnya keceriaan pada suatu pertemuan. 1.4. Prinsip-Prinsip Berbicara Prinsip-prinsip umum yang dikemukakan Brooka dalam Tarigan (2015 : 17-18) 1.3.1. Membutuhkan paling sedikit dua orang. Tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi, misalnya oleh orang yang sedang mempelajari bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya, atau oleh seseorang yang meninjau kembali pernyataan bank-nya, atau oleh yang memukul ibu jarinya dengan palu. 1.3.2. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama. Bahkan andaikatapun dipergunakan dua bahasa, namun saling pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya. 1.3.3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum. Daerah referensi yang umum mungkin tidak selalu mudah dikenal/ditentukan, namun pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu diantaranya. 1.3.4. Merupakan suatu penukaran antara partisipan. Kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima kecenderungan untuk menemukan satu di antaranya. 1.3.5. Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera. Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dari sang penyimak, dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal-balik atau dua arah. 1.3.6. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. Hanya dengan bantuan berkas grafik-material, bahasa dapat luput dari kekinian dan kesegeraan; bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat demikian, tentu saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya manusia. 1.3.7. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara / bunyi bahasa dan pendengaran (vokal and auditory apparatus). Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita audio-lingual dapat melepaskan gerak-visual dan grafik material, namun sebaliknya tidak dapat terjadi; terkecuali bagi pantomim atau gambar, takkan ada pada gerakan dan grafik itu yang tidak berdasar dari dan bergantung pada audio-lingual dapat berbicara terus menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat, di rumah, ditempat bekerja, dan dengan telefon; percakapan-percakapan seperti ini merupakan pembicaraan yang khas dalam bentuknya paling asli. 1.3.8. Secara tidak pandang bulu mengahadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh pembicaraan mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara tetapi secara tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang harus mereka masuki karena mereka dan manusia berbicara sebagai titik pertemuan kedua wilayah ini tetap memerlukan penelahan serta uraian yang lebih lanjut dan mendalam. 1.5. Ragam Berbicara Macam-macam ragam berbicara sebagai berikut: a. Pidato Pidato adalah berbicara di depan umum. Jika pidato tadi bersifat ilmiah disebut ceramah. Teks pidao adalah bahan tertulis yang digunakan untuk berpidato/ berceramah. Bila teks tadi di buat sendiri oleh si pemidato disebut naskah pidato. b. Diskusi Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraaan sarius tentang suatu masalah objektif. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecilatau kelompok besar. Bentuk-bentuk diskusi: 1) Diskusi Fak Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama di bawah bimbingan seorang ahli. Diskusi ini diselenggarakan pada akhir suatu ceramah atau makalah yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Pada hakikatnya diskusi fak adalah suatu proses saling menukar pikiran dan pendapat untuk mencapai suatu pengetahuan yang lebih tinggi. 2) Diskusi Podium Diskusi podium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok dan pendapat atau diskusi yang diadakan oleh wakil-wakil terpilih bersama dengan atau tanpa plenum. Dalam diskusi podium, masalah-masalah bersifat umum dijelaskan secara terbuka. Hal yang harus diperhatikan dalam diskusi podium ialah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut pandangannya, sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain, sebab diskusi podium akan menjadi lebih menarik, apabila setiap pembicaraan mewakili pendapat yang berbeda dari kelompoknya. Moderator dapat memberi kesempatan kepada para pedengar untuk mengajukan pertanyaan, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapat atau pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan ditujukan kepada pembicara dari kelompok tertentu. 3) Forum Diskusi Forum diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering dipergunakan dalam bidang politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa bentuk dialog. a. Diskusi Kasualis Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atas satu masalah konkret atau satu situasi konkret yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari jalan keluar yang tepat. Demi kelancaran dapat di undang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping. b. Diskusi Panel Diskusi panel adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum di depan penonton atau pendengar. Dapat juga berarti sejumlah orang yang diserahi tugas melaksanakan tugas tertentu. Tujuan diskusi panel adalah memberikan pemahaman kepada pendengar/penonton mengenai masalah yang didiskusikan. 4) Menyampaikan Pengumuman Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pidato. Ciri- ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman diantaranya, yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan yang menarik. 5) Menyampaikan Argumentasi Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mepertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat- pendapatnya (Laksono, via Mulyati, 2008:3.6). 6) Bercerita Melalui bercerita dapat terjalin hubungan yang akrab. Selain itu, manfaat bercerita diantaranya, yaitu memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, dan memberikan keteladanan. 7) Musyawarah Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum. 8) Wawancara Wawancara merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode pengumpulan berita. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung bertatap muka (face to face) dengan orang yang diwawancarai (interviewee), atau secara tidak langsung seperti melalui telepon, internet, atau surat. Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara dengan sumber berita atau narasumber. Wawancara bertujuan pokok menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber. 1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Berbicara Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 17-20) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara yang baik , seorang pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan, dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara adalah faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi; ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan. Faktor-faktor nonkebahasaan meliputi; sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik. Faktor yang menunjang keefektifan berbicara di atas, baik yang bersifat kebahasaan maupun yang nonkebahasaan, keduanya tidak boleh diabaikan apabila seseorang ingin menjadi pembicara yang terampil. Dalam meraih keinginan tersebut harus dengan proses berlatih yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis. 1.7. Hambatan-Hambatan dalam Berbicara Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum. Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal). a. Hambatan Internal Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut. 1) Ketidaksempurnaan alat ucap Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi kefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara. 2) Penguasaan komponen kebahasaan Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini. • Lafal dan intonasi, • Pilihan kata (diksi), • Struktur bahasa, • Gaya bahasa. 3) Penguasaan komponen isi Komponen isi meliputi hal-hal berikut ini. • Hubungan isi dengan topik, • Struktur isi, • Kualitas isi, • Kuantitas isi. • Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara. b. Hambatan Eksternal Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini. 1) Suara atau bunyi 2) Kondisi ruangan 3) Media 4) Pengetahuan pendengar 1.8. Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Aspek Kebahasaan Lainnya Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek keterampilan bahasa lainnya adalah menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca. a. Hubungan Berbicara dengan Menyimak Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat. b. Hubungan Berbicara dengan Membaca Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi. Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara. c. Hubungan Berbicara dengan Menulis Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis. Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam Tarigan, 2008:17), pada dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu: memberitahukan dan melaporkan (to inform); menjamu dan menghibur (to entertaint); membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi, misalnya suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan Menurut Tarigan (1990:157), butir-butir atau komponen yang selalu terlibat dan mempengaruhi pembicaraan adalah : 1. Pembicara; 2. Pembicaraan; 3. Penyimak; 4. Media; 5. Sarana penunjang; 6. Interaksi. Prinsip-prinsip umum yang dikemukakan Brooka dalam Tarigan (2015 : 17-18) yaitu: 1) Membutuhkan paling sedikit dua orang, 2).Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama. 3). Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum, 4) Merupakan suatu penukaran antara partisipan. 5) Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. 6). Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara / bunyi bahasa dan pendengaran (vokal and auditory apparatus). 7). Secara tidak pandang bulu mengahadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. DAFTAR PUSTAKA Tarigan, Henry Guntur.2008. ”Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”. Bandung.Angkasa Dra.Maidar, dkk. 1986.”Berbicara II”. Jakarta. Karunika H,S, Widjono.2005.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta Haryadi dan Zamzani.1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud Sumber: Sunarti dan Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta
September 28, 2020   Posted by Miq Guru Budi in , with No comments
Read More

Untuk dapat menggunakan aplikasi Classroom pada smartphone Android, anda terlebih dahulu harus menggaktifkan akun Classroom melalui web browser. Bila akun sudah diaktifkan, ikuti petunjuk di bawah ini

September 26, 2020   Posted by Miq Guru Budi in
Read More

 



Operasi pengurangan pada bilangan bulat negatif menggunaakn garis bilangan 

 


Jika kamu sudah mahir melakukan penjumlahan bilangan bulat, maka untuk melakukan pengurangan bilangan bulat akan menjadi lebih mudah. Cukup ingat 2 konsep berikut! 

1.  Jika pengurangan dengan bilangan positif, sama artinya dengan penjumlahan dengan bilangan negatif.

a – b = a + (-b)

                             

-a – b = -a + (-b)

     Contoh:

     4 – 5 = 4 + (-5) = -1                                          -8 – 7 = -8 + (-7) = -15

 

2.  Jika pengurangan dengan bilangan negatif, sama artinya dengan penjumlahan dengan bilangan positif.

a – (-b)_ = a + b

                         

-a – (-b) = -a + b

     Contoh:

     4 – (-5) = 4 + 5 = 9                                           -8 – (-7) = -8 + 7 = -1




September 24, 2020   Posted by Miq Guru Budi in , with No comments
Read More

Pengikut

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search